BatamXinwen, Salatiga – Proses pembuatan sumur resapan, menurut Asep Mulyana, USAID IUWASH PLUS, Senior Raw Water Specialist, sangatla simple dan mudah.

Pada musim penghujan, air akan terbilang sangat melimpah. Namun jika tidak dikelola dengan baik maka hanya akan berlalu begitu saja. Untuk itu, dibutuhkan sebuah pola 2x2x2.

“Pola ini adalah sebuah konsep pembangunan sumur resapan. Yakni warga akan membuat sebuah bentuk bangunan berukuran 2×2 meter persegi, dengan kedalaman 2 meter dan terletak di bawah tanah,” jelasnya.

Asep Mulyana

Selanjutnya, dibuatlah sebuah pola alur aliran air yang terbilang lebih tinggi tanah. Sehingga saat musim penghujan, limpahan air yang tadinya dibiarkan akan langsung masuk ke dalam sumur resapan dan langsung diserap ke dalam tanah.

“Di dalam sumur resapan, kita tempatkan kerikil berbagai ukuran di bagian dasarnya dengan kedalaman 30 centimeter, selanjutnya ditutupi dengan ijuk dengan ketebalan yang sama,” tambahnya.

Fungsi dari ijuk adalah, jelasnya, sebagai bentuk filterisasi sederhana dari kotoran dan lumput yang terbawa oleh aliran air saat banjir tadi.

Dan pada musim kemarau, ijuk-ijuk tersebut bisa dibersihkan dengan cara sederhana juga. “Tinggal dijemur, lalu dibersihkan sisa lumpurnya dengan cara dipukul-pukul saja. Sangat mudah,” tambahnya.

Dengan memakan biaya sebesar Rp 3,5 juta untuk setiap sumur resapannya dan biaya perawatan Rp50 ribu selama satu tahun, setidaknya akan menyelamatkan generasi penerus. Sekaligus membantu keberlangsungan air baku. (Iman Suryanto)

Kembalikan ‘Tabungan’ Air Baku ke Alam melalui Sumur Resapan

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here