BATAMXINWEN.COM — Istri kandidat presiden Perancis Francois Fillon resmi dituntut dan berada dalam penyelidikan jaksa, atas kasus dugaan pemalsuan pendapatan yang menjerat dirinya. Tuntutan ini resmi diputuskan usai jaksa keuangan Perancis memeriksa Penelope Fillon selama beberapa jam.Â
Penelope dituntut atas dugaan penggelapan dan penyalahgunaan dana publik yang diperburuk oleh penipuan. Skandal yang terjadi di tengah masa kampanye pemilu ini jelas-jelas telah merusak karir politik sang suami.
Diberitakan The Guardian, Rabu (29/3), skandal pemalsuan pendapatan ini bermula saat Penelope diduga menerima gaji ratusan ribu euro dari pekerjaan yang sebenarnya tidak ia lakukan.
Kasus ini mulai mencuat sekitar Januari lalu ketika surat kabar Perancis, Le Canard Enchaine, menuding Penelope menerima gaji sebesar 900 ribu euro sebagai asisten parlemen Fillon selama beberapa tahun.
Namun di sisi lain, Penelope tidak memiliki tanda lolos seleksi pekerjaan dan alamat surat elektronik resmi sebagai seorang pegawai parlemen.
Hal ini lantas memunculkan kecurigaan, apakah istri politikus partai konservatif ini benar-benar melakukan pekerjaan tersebut, atau hanya menerima gaji palsu.
Setelah melakukan penyelidikan awal, jaksa keuangan memutuskan telah mendapat cukup bukti untuk melanjutkan penyelidikan mengenai pekerjaan “fiktif†Fillon ini.
Kedua anak Fillon, Marie dan Charles, juga telah diperiksa jaksa terkait skandal yang menjerat kedua orang tuanya.
Sementara Fillon sendiri sudah berada dalam pemeriksaan jaksa sejak dua pekan lalu. Polisi juga telah menggerebek kantornya di gedung parlemen serta rumah pribadi Fillon di Paris sekitar awal Maret lalu.
Seperti dilansir CNN Indonesia, Selain skandal pemalsuan pendapatan, Fillon juga terperosok dalam tudingan lebih serius lainnya. Dia dituding menerima setelan busana mewah seharga 48 ribu euro dan pinjaman dana sebesar 50 ribu euro secara diam-diam, dari teman dekat yang tidak ingin disebutkan namanya.
Sejauh ini, Fillon menampik segala tudingan yang mengarah pada dirinya tersebut dan berkeras tetap melanjutkan pencalonannya sebagai presiden.
Dia menganggap, penyelidikan jaksa selama ini tidak adil dan merupakan “pembunuhan politikâ€.
Sebelum kasus ini terangkat ke publik, Fillon digadang sebagai capres terfavorit di Perancis, mengalahkan empat kandidat lainnya yakni, politikus ekstrem kanan Marine Le Pen, Emmanuel Macron, politikus sayap kiri Benoit Hamon, dan komunis Jean-Luc Melenchon.
Namun sejak pemberitaan skandal ini muncul, elektabilitas Filon terus jatuh. Kini, hanya tinggal sebulan menuju gelaran pemilu, jajak pendapat memaparkan bahwa pria berusia 62 tahun ini berada di posisi ke-tiga di bawah Le Pen dan Macron.
Fillon bahkan diprediksi tak akan sanggup menembus pemilihan tahap kedua yang akan berlangsung pada 7 Mei mendatang.
Sumber : CNN Indonesia