Imlek, Menir Belanda, dan Asal usul Nama Pulau Belakangpadang

BATAMXINWEN.COM — Suasana jelang perayaan tahun baru Imlek 28 Januari 2017 mendatang di Kecamatan Belakangpadang, pulau yang dijuluki sebagai Pulau Penawar rindu itu, tidak jauh berbeda dengan suasana di beberapa sudut Kota Batam, yang banyak dihiasi berbagai pernak pernik Imlek yang didominasi warna merah, Senin (23/1/2017).

Sejumlah spanduk ucapan selamat atas perayaan Hari Raya Imlek bertuliskan “Gong Xi Fa Cai‎” dari berbagai elemen masyarakat Belakangpadang, serta ratusan lampion merah sudah terpasang rapi menghiasi jalan utama di depan pasar Belakangpadang.

Lampion atau lentera warna merah, warna khas dalam tradisi masyarakat keturunan Tionghoa, sudah mulai terlihat dari ponton hingga sepanjang pelantar Pelabuhan Kuning, yang merupakan pintu masuk utama Pulau Penawar Rindu itu.

Belok kanan dari pelantar,‎ pernak pernik khas imlek itu akan semakin banyak terlihat menghiasi sepanjang jalan di depan pasar hingga di depan Vihara Dharma Bhakti, tak jauh dari batas masuk Kampung Tanjung, kampung yang konon merupakan kampung pertama yang dihuni oleh masyarakat Belakangpadang.

Warga keturunan Tionghoa yang kebanyakan adalah pelaku bisnis yang menggerakan roda ekonomi di Belakangpadang itu, mayoritas tinggal di sepanjang pasar Belakangpadang, dan sudah lama tinggal berdampingan dengan masyarakat asli Belakangpadang.

Sejak kapan warga keturunan Tionghoa tinggal dan menetap di Belakangpadang serta asal usul nama pulau itu, dalam penelusuran awakmedia beberpa sumber disana belum menemukan ada literature yang menjelaskan hal ini.

Namun, asal usul nama Belakangpadang ‎bisa ditemukan melalui cerita yang dituturkan secara turun temurun, oleh orang orang tua di Belakangpadang.

“Cerita yang saya dengar dari orangtua saya dulu, nama Belakangpadang‎ itu pertama kali muncul dari menir menir Belanda yang tinggal di Pulau Sambu,”. Kata Rasul Fauzan (68) warga Tanjung, saat kongkow di pasar Belakangpadang bersama Batamxinwen.com dan beberapa orang tua seumurannya.

Diceritakan ‎Husin yang dituturkan orang tuanya, nama Belakangpadang itu muncul pertama kali pada zaman kolonial Belanda saat menduduki Pulau Sambu. Namun, tidak jelas tepatnya pada tahun berapa.

Cikal bakal nama Belakangpadang lahir saat menir Belanda memerintahkan warga pribumi di Pulau Sambu, yang terdiri dari beberapa etnik, salah satunya suku Jawa, untuk membuka dan meratakan lahan di pulau yang terletak di Belakang Pulau Sambu, yang kini dikenal sebagai Belakangpadang.

“Katanya, dulu, menir Belanda suruh warga sambu kerja untuk buat padang, yang dalam bahasa Jawa berarti lapangan atau dataran ‎sambil menunjuk ke belakang Pulau Sambu,” kata Husin yang juga diiyakan oleh Wak Mun, dan Hendrik, pria seumurannya yang ikut kongkow bersama saat itu.

Pekerjaan membuat padang di pulau belakang Pulau Sambu yang diminta oleh menir Belanda itulah, yang akhirnya dipercaya secara turun temurun lahirnya nama Belakangpadang.

“Jadi sejak saat itulah nama Belakangpadang melekat di pulau ini,” kata Wak Mun membenarkan cerita Husin.

Sama halnya dengan sejak kapan warga keturunan Tionghoa mulai hadir di Belakangpadang, tidak ada literature yang menjelaskan itu.

“Tapi sejak saya kecil kita sudah hidup berdampingan. Malah, dulu, kata bapak saya, waktu bapak saya masih kecil di sini kalau belanja hanya di toko milik orang cina saja selain itu tidak ad‎a toko lain,” kali ini Hendrik yang mengaku lahir di Pulau Sambu itu yang mengatakan.

Sedangkan tentang julukan Pulau Belakangpadang sebagai Pulau penawar Rindu, konon katanya, diceritaka Husin muncul dari kalangan para pendekar pantun, yang sering datang dan pergi ke Belakangpadang.

Ungkapan penawar rindu‎ ditujukan kepada orang dari luar Belakangpadang, yang sudah pernah menginjakan kaki di Belakangpadang kemudian pergi, lalu datang kembali untuk berbagai kepentingan seperti menemui teman lama, rindu akan suasananya, hingga karena hati yang tertawan oleh gadis Belakangpadang.

Sebagai ungkapan daya tarik pulau Belakangpadang, oleh pendekar pendekar pantun kala itu kepada pendatang kerap mengatakan, ” kalau engkau dah kene air belakangpadang, engkau pasti nak datang lagi. Sebab pulau ini pulau penawar rindu. Dan sejak itu lah Belakangpadang dijuluki Pulau Penawar Rindu,” ungkap Husin. (jkf)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here