Batamxinwen, Garut – Gempa berkekuatan magnitudo 6,5 mengguncang beberapa wilayah di Jawa Barat, Sabtu (27/4) malam. Pusat gempa berada 151 km Barat Daya Kabupaten Garut atau tepatnya di 8.42 LS, 107.26 BT dengan Kedalaman 70 km.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan gempa bumi diakibatkan oleh aktivitas penunjaman/subduksi atau disebut juga gempa dalam lempeng atau intra-slab dengan mekanisme sesar naik. Gempa bumi serupa pernah terjadi pada tahun 1979, 2007, 2017, 2022, dan 2023.
“Paling parah terjadi di tahun 1979,” ungkap Penyelidik Bumi Utama dari PVMBGdi Badan Geologi Kementerian ESDM Supartoyo saat dihubungi, Minggu (28/4).
Supartoyo menuturkan pada gempa intra-slab di tahun 1979, di pusat gempa yang sama di wilayah Jawa Barat selatan, menyebabkan kerusakan di Tasikmalaya.
“Bahkan katanya, ada retakan tanah. Yang paling parah ya itu 1979. Rata-rata kekuatannya di atas lima (magnitudo),” kata dia.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Muhammad Wafid menjelaskan morfologi wilayah pesisir Jawa Barat selatan umumnya berupa dataran pantai yang berbatasan dengan morfologi perbukitan bergelombang hingga perbukitan terjal pada bagian utara.
Selain itu pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan dan berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.
Badan Geologi mengimbau agar masyarakat untuk tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan dan jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami.
Khusus warga yang ada di kawasan Jawa Barat selatan, bangunan harus menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan dengan dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi.
“Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman menyatakan Pemda Provinsi Jabar terus berkoordinasi dan berkomunikasi dengan pemerintah kabupaten/kota untuk menghimpun data dan laporan terkait dampak gempa Garut.
“Sampai saat ini, penghimpunan data dan laporan masih terus dilakukan pemda provinsi dan pemda kabupaten/kota. Pendataan ini menjadi langkah awal bagi pemerintah untuk melakukan penanganan dengan optimal,” ucap Herman. (*)
Sumber : CNNIndonesia