Kapolsek Belakang Padang, Iptu Sonny Fajri, didampingi Kanit Reskrim, Iptu Ganda Turnip, nersama personel baru saja tiba di Pelabuhan Bantar Pulau Geranting, Jumat (31/1/2025). Foto: Batamxinwen.

Batamxinwen, Batam – Lagu ” Selamat Ulang Tahun ,” yang dipopulerkan oleh band Jamrud, mengalun seiring langkah sejumlah personel Kepolisian Sektor Belakang Padang memasuki ruang kerja Kapolsek, Iptu Sonny Fajri, pada Jumat (31/1/2025).  Tumpeng dan kue tart berukuran kecil dibawa serta sebagai simbol untuk merayakan hari lahir kapolsek. Seremoni sederhana tersebut berlangsung singkat. Meski begitu, perhatian kecil dari para anggotanya mencerminkan hubungan yang baik dengan komandannya.

Ya, polisi juga merupakan manusia yang juga membutuhkan perhatian dan dukungan dalam lingkungan kerjanya, sama seperti profesi lainnya. Sebuah kejutan kecil yang berdampak baik.

Setelah saling mendokan dan mengucapkan harapan, Iptu Sonny bersama anggotanya bersiap menuju pelabuhan. Dari Pelabuhan Kuning, Belakang Padang, mereka berangkat menggunakan perahu pancung bermesin ganda 40 PK, melewati ombak menuju Pulau Geranting, Kelurahan Pulau Terong, Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam.

Cuaca pada hari Jumat pagi cukup bersahabat di tengah musim angin Utara yang biasanya menyebabkan gelombang laut setinggi 2-4 meter dengan jarak pandang terbatas. Setelah menempuh perjalanan sekitar 40 menit, rombongan itu akhirnya bersandar di Pelabuhan Bantar Pulau Geranting.

Di atas dermaga, Razman dan beberapa warga menyambut kedatangan kapolsek bersama kanit reskrimnya, Iptu Ganda Turnip, beserta jajarannya. Kehadiran Kepolisian Sektor Belakang Padang bukanlah hal yang sering terjadi, kedatangan ini mendapat berbagai kebaikan dari warga. Selama ini, yang paling akrab mereka kenal adalah Bhabinkamtibmas Kelurahan Pulau Terong, Aiptu Yuli Hendri. Sosok bhayangkara yang menjadi penyambung informasi dan tempat berkonsultasi mengenai masalah apa saja.

Pulau Geranting, yang dihuni sekitar 230 kepala keluarga, memiliki keterbatasan dalam mengakses layanan dasar seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Fasilitas kesehatan yang terbatas membuat warga terpaksa bergantung pada fasilitas kesehatan di daerah lain.

Keterbatasan sumber daya alam memaksa warga mengandalkan kebutuhan pokok dari luar pulau, yang hanya bisa dijangkau melalui jalur laut. Transportasi laut juga sangat penting bagi mereka, begitu pula dalam mencari nafkah. Sebagian besar warga Pulau Geranting adalah nelayan yang mengandalkan sampan, meski ada beberapa yang memiliki perahu berbahan fiber. Namun, pendapatan mereka sangat bergantung pada cuaca. Ketika laut tidak bersahabat, mereka sering kali kehilangan penghasilan.

Pada Jumat pagi itu, Iptu Sonny dan jajarannya melaksanakan kegiatan rutin “Jumat Curhat.” Kegiatan ini bertujuan untuk mempererat hubungan antara Kepolisian dan masyarakat, mendengarkan permasalahan yang ada, serta menjalin komunikasi dan koordinasi agar terciptanya situasi Kamtibmas yang kondusif.

Namun, bagi Kepolisian Sektor Belakang Padang, kegiatan ini memiliki tantangan yang lebih besar. Mereka harus menjangkau enam kelurahan yang tersebar di beberapa pulau dengan menempuh perjalanan laut yang memakan waktu, tenaga, dan biaya.

Motivasi untuk Anak – Anak Pulau Geranting

Kehadiran Kepolisian Sektor Belakang Padang memotifasi anak – anak Pulau Geranting untuk giat belajar dan meraih cita – citanya. Foto: BX

Sekitar pukul 10.00 WIB, rombongan Polsek Belakang Padang yang dipimpin oleh Iptu Sonny langsung mengunjungi Sekolah Satu Atap di Pulau Geranting, yang terdiri dari Taman Kanak-Kanak Negeri 10, Sekolah Dasar 013, dan Sekolah Menengah Pertama Negeri 33. Tujuan kunjungan ini adalah untuk memberikan motivasi dan menyemangati para siswa agar terus berusaha belajar dan mengejar cita-cita mereka.

Anak-anak di Pulau Geranting menyambut kedatangan rombongan dengan ekspresi polos dan spontan. Beberapa dari mereka tampak takut saat pertama kali melihat polisi dengan seragam dinasnya, sementara banyak di antara mereka yang bercita-cita menjadi polisi.

Salah satunya, Muhammad Faris, siswa kelas enam SD, dengan antusias bertanya tentang syarat menjadi polisi. “Kami juga nak minta tips supaya bisa diterima jadi polisi,” ujar Faris dengan logat Melayu yang khas. Sari, siswa kelas empat SD, juga berkeinginan menjadi seorang Polwan. Apalagi Anas, seorang murid kelas empat SD, dengan tenang dan tegas menyampaikan cita-citanya: “Saya ingin jadi presiden.”

Mendengar semangat dan cita-cita anak-anak di Pulau Geranting, Iptu Sonny memberikan apresiasi kepada para pendidik di sekolah tersebut. “Semangat anak-anak ini menunjukkan bahwa guru-gurunya telah berhasil mendidik dan membangun kesadaran siswanya untuk mencapai tujuan mereka,” ujarnya.

Lizawati, guru SD 013 Pulau Geranting, adalah salah satu contoh anak-anak pulau yang gigih dalam meraih cita-cita. Dulu, ia juga merupakan siswa di sekolah yang sama tempatnya mengajar sekarang. Sebagai seorang guru yang berstatus Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K), Lizawati merasa terinspirasi untuk mengabdikan diri dan mendorong anak-anak di Pulau Geranting untuk terus bersemangat meraih impian mereka.

Waspada, Buaya Masih Mengacam

Iptu Sonny sedang mendengarkan cerita tiga nelayan yang berhasil menangkap buaya di Pulau Geranting. Foto: Batamxinwen

Pasca-jebolnya tanggul penangkaran buaya PT Perkasa Jagat Kurnia (PJK) di Pulau Bulan pada 13 Januari 2025, buaya masih menjadi ancaman serius bagi warga yang tinggal di pesisir laut Kota Batam.

Menurut Kapolsek Belakang Padang, Iptu Sonny Fajri, warga Pulau Geranting merupakan yang paling terdampak oleh ancaman buaya. Ia mengingatkan warga agar tetap waspada, tidak melaut seorang diri, dan mengurangi aktivitas di pinggir laut.

Sedikitnya empat kali warga melihat kemunculan buaya di perairan sekitar pulau mereka, jumlahnya empat ekor. Satu ekor berhasil ditangkap oleh dua nelayan setempat, Asrin dan Ismail, di perairan antara Pulau Tumbar dan Pulau Geranting.

Mereka membutuhkan waktu dua jam untuk memuat buaya sepanjang sekitar 3 meter itu. “Kami pancing dan kami jerat meniru pakai tali. Setelah itu kami seret pakai sampan berputar-putar di laut sampai buaya itu kehabisan energi,” kata Asrin.

Buaya itu kemudian diserahkan ke PT PJK, dan Asrin serta Ismail menerima uang sebesar Rp 1,5 juta sebagai imbalannya. Namun, mereka memutuskan untuk menyumbangkan uang tersebut ke masjid di tempat mereka tinggal.

Menurut Ismail, melindungi warga sekitar dari ancaman buaya sudah menjadi kewajiban mereka sebagai nelayan.

Buah Tangan untuk Puluhan Janda Lanjut Usia

Menyerahkan bingkisan kepada janda lanjut usia. Foto: Batamxinwen

Kapolsek Rombongan bergerak menuju Masjid Babussalam untuk menemui puluhan janda lanjut usia, warga setempat. Mereka membawa bingkisan sembako yang telah dipersiapkan jauh hari sebelumnya. Personel menyisihkan isi kantong pribadinya ditambah sumbangan dari pihak lain.

Di masjid, rombongan disambut oleh H. Salman, tokoh masyarakat Pulau Terong, bersama perangkat RT/RW dan LPM setempat. H. Salman menyampaikan rasa terima kasihnya atas kunjungan kapolsek dan jajarannya.

H. Salman menilai apa yang dilakukan kapolsek beserta jajarannya sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan tepat sasaran. Kenyataannya, kebanyakan warga Pulau Geranting memiliki taraf hidup yang miskin. “Para janda usia lanjut ini sudah tidak kuat bekerja. Mereka sangat membantu. Dengan bingkisan ini mereka bisa bertahan hingga satu bulan ke depan,” ujarnya.

Ia bahkan berharap kunjungan seperti ini dapat dilakukan secara rutin oleh pihak kepolisian dan unsur pemerintah lainnya. Baru saja selesai membagikan bingkisan, kabar duka diumumkan melalui pengerasan suara masjid.seorang warga meninggal dunia. Kapolsek beserta jajarannya menyempatkan diri untuk melayat menemui warga yang tengah khawatir.

Duta Sosial Penawar Rindu yang Murah Senyum

Ketua Duta Sosial dalam Penawar Rindu, Ria Rina Acianely, yang murah senyum. Foto: Batamxinwen

Ria Rina Acianely, seorang ibu muda yang peduli, dikenal luas di wilayah Kecamatan Belakang Padang. Di mana pun ia melangkah, ada saja yang menyapa atau memanggil namanya. Ria sering terlihat berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang digelar Polsek Belakang Padang dan unsur Uspika Kecamatan Belakang Padang.

Sebagai Ketua Duta Sosial Bersatu dalam Penawar Rindu (BDPR), Ria fokus membantu orang-orang yang sedang dalam kesulitan dan terhimpit ekonomi. Ia berpartisipasi dalam kegiatan Jumat Curhat bersama Polsek Belakang Padang di Pulau Geranting, tanpa mengeluh meskipun harus berjalan kaki menempuh jalan setapak yang terjal.

“Tahun ini sudah masuk tahun ke delapan saya menjadi Duta Sosial,” ujar Ria. “Saya melakukannya dengan ikhlas dan gembira, tanpa paksaan dan pamrih.” Ria sudah jatuh hati kepada Keluarga Besar Duta Sosial dan bertekad akan terus melakukan yang terbaik untuk meringankan beban sesama.

Undangan Makan Siang yang Mengungkap Masalah

Setelah selesai melayat, rencananya, rombongan berlayar kembali ke Belakang Padang. Namun, rencana pulang itu diurungkan oleh undangan makan siang dari H. Salman. Ia tiba-tiba memepelawa rombongan untuk makan siang bersama di rumahnya di Pulau Terong. “Saya lihat tidak ada makanan atau snack yang disuguhkan untuk rombongan. Mereka tidak bisa menyediakan apa-apa. Sekarang sudah waktunya makan siang. Saya mengundang Bapak-Bapak semua untuk makan siang bersama di rumah saya,” katanya.

Perahu pancung bermesin ganda bertolak dari Pulau Geranting membawa rombongan menuju Pulau Terong. Sekitar 10 menit, perahu bersandar di pelantar rumah H. Salman. Rumah yang terletak di atas laut itu terlihat bersih dan memiliki beranda yang luas. Suasana di sana sangat tenang.

Di meja makan, sudah terhidang menu sederhana, ikan, krupuk, dan petai. Ikan diolah menjadi dua macam, asam pedas dan ikan goreng. Meski menu tersebut sederhana, namun makan siangnya terasa sangat nikmat.

Setelah selesai makan, kopi dan teh disuguhkan oleh tuan rumah. Sambil menikmati kopi, H. Salman mulai bincang ringan tentang aktivitas sehari-hari warga Pulau Terong yang bergantung pada hasil laut. Obrolan itu kemudian berlanjut ke pertanyaan tentang kendala dan masalah yang menimpa warga setempat.

Ternyata, ada masalah yang berpotensi memecah belah kepentingan warga. Masalah itu masih belum menemukan jalan keluarnya dan sedang menjadi perbincangan antara warga. Tokoh masyarakat seperti H. Salman juga terlibat dalam mencari solusi untuk masalah tersebut karena masih ada pihak yang menyatakan keras  dan mempertahankan argumentasinya. Kapolsek bersama kanit reskrimnya Iptu Ganda Turnip, terlihat berdiskusi untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Lalu, Bhabinkamtibmas Aiptu Yuli dan seorang personel ditunjuk untuk memanggil warga yang berada dalam lingkaran masalah. Tak lama kemudian, semua warga yang berselisih duduk berhadapan di satu meja. Mereka diminta menjelaskan kronologi masalah dari sudut pandang masing-masing.

Pihak kepolisian menengahi warga yang sedang berselisih supaya mau saling mendengarkan penjelasan masing – masing. Akhirnya mereka yang berselisih sepakat menyelesaikan masalah itu secara kekeluargaan dan saling berpura-pura di hadapan polisi dan H. Salman.

“Semua masalah bisa kita diskusikan baik – baik dan diselesaikan secara kekeluargaan. Tak perlu sampai ke ranah hukum. Itulah tujuan kami mendekatkan diri kepada masyarakat,” kata kapolsek.

Dengan mendengarkan curhatan warga, polisi menemukan masalah dan menyelesaikannya. Undangan makan siang H. Salman mengantarkan kegitan Jumat Curhat mencapai tujuan, yaitu terciptanya situasi kamtibmas yang kondusif.

Setelah berpamitan, rombongan polisi kembali melintasi gelombang di musim angin Utara menuju Pulau Penawar Rindu. Rinai hujan menyambung udara Belakang Padang, menyambut kepulangan rombongan polisi di perbatasan NKRI dengan Singapura dan Malaysia sore itu.

Sepanjang perjalanan, di tengah berita negatif para oknum polisi hari ini, rombongan Iptu Sonny meninggalkan jejak yang mengayomi, melindungi, dan kedekatan dengan masyarakat dalam menjaga keamanan, serta mengajak masyarakat di batas negeri untuk berperilaku tertib dan taat hukum.

Hikmah di Balik Jumat Curhat

Sebagai Pengamal Jurnalistik yang mengikuti rangkaian kegiatan Kepolisian Sektor Belakang Padang, sepanjang perjalanan yang berangin dan bergelombang itu, bersama kami menemukan hikmah Jumat Curhat di akhir Januari ini.

“Curhat yang efektif adalah ketika kita tidak hanya berbagi masalah, tetapi juga menemukan solusi bersama-sama.” (merah)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here