BATAMXINWEN.COM – Pulau biola atau biasa disebut sebagai pulau penjuala ini berada dalam kawasan administrasi desa cempa di kabupaten lingga provinsi kepulauan riau indonesia (KEPRI). Pulau biola dapat dikunjungi dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 30 minit dari pulau cempa menggunakan perahu mesin nelayan.
Dikutip laman HKRI, Kawasan di pulau biola ini terkenal memiliki taman laut yang indah dan sangat alami, Air di Pantai pulau biola sangat jernih hingga anda bisa melihat ikan yang berenang di antara terumbu karang dengan pantai pasir putih yang terbentang luas.
Di daratan pulau biola juga dapat ditemui pohon santigi. Ratusan pohon yang umumnya dibuat menjadi bonsai tumbuh subur di bibir pantai hingga di area perbukitan menambah indahnya pulau biola yang memiliki bentuk seperti biola ini.
Menurut beberapa informasi pulau penjuala ini di sebut-sebut sebagai pulau biola untuk memudahkan di ingat oleh para wisatawan yang ingin berkunjung ke desa cempa kabupaten lingga di provinsi kepulauan riau Indonesia (Kepri), sebelumnya pulau biola ini lebih dikenal oleh masyarakat desa cempa sebagai pulau penjuala.
Di kawasan Kabupaten Lingga ini terdapat ratusan pulau –pulau yang menyimpan keindahan alam yang belum diketahui banyak orang, Pulau Biola ini menjadi salah satu dari 531 pulau yang menyorot perhatian, Setiap orang yang melintasi pulau ini dengan menggunakan kapal cepat akan dapat melihat biola sebagai daya tarik.
Pulau ini masih kosong, tetapi dapat dikelola sebagai objek wisata bagi wisatawan yang berkunjung ke Pulau Cempa. Sementara Pulau Cempa merupakan pulau yang pertama kali disinggahi kapal cepat dari Tanjung pinang menuju Kabupaten Lingga.
Desa Cempa berada di pulau Cempa merupakan salah satu desa secara administrasi terletak di Kecamatan Senayang yang ada di Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau Indonesia. Desa Cempa berlokasi tidak jauh dari ibukota Kepulauan Riau, yaitu Tanjung pinang pulau bintan yang dapat ditempuh melalui akses laut.
Mayoritas masyarakat Desa Cempa adalah masyarakat etnis Melayu dan selebihnya adalah masyarakat etnis Flores dan Cina. Dalam bermasyarakat, mereka tergolong sangat akur, sehingga beragam kegiatan dilakukan bersama tanpa membedakan darimana sukunya berasal.
Sumber: HKRI
