BATAMXINWEN.COM, Jakarta — Mata uang rupiah berpeluang kembali menguat ke area Rp13.300 per dolar dalam sepekan depan seiring pidato pelantikan Donald Trump yang tidak sesuai ekspektasi dan penantian pasar terhadap rilis data pertumbuhan domestik bruto (PDB) Amerika Serikat.
Rupiah mengakhiri perdagangan Jumat (20/1) dengan pelemahan tipis 0,25% atau 34 poin ke posisi Rp13.410 per dolar AS setelah diperdagangkan pada kisaran Rp13.357 – Rp13.422 per dolar AS. Kurs tengah dipatok Rp13.382 per dolar AS.
Dalam sepekan kemarin, mata uang Garuda merosot 72 poin atau 0,54% dari Jumat (13/1) di posisi Rp13.338 per dolar AS. Tahun lalu, rupiah berhasil tumbuh 2,28% menjadi Rp13.473 per dolar AS.
Andri Hardianto, analis Asia Trade Point Futures, menuturkan pekan lalu rupiah terkoreksi cukup dalam ke area Rp13.400 karena adanya penguatan dolar AS setelah pidato Gubernur Federal Reserve Janet Yellen pada Rabu (18/1), yang bernada hawkish.
The Fed sebelumnya merencanakan pengerekan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2017, dan Yellen meyakini pihaknya masih berada di jalur tersebut.
Tekanan terhadap rupiah semakin besar karena investor yang melakukan aksi beli terhadap dolar menjelang pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS pada Jumat (20/1). Pidato pelantikan Trump menjadi sentimen yang paling ditunggu pasar di pekan kemarin.
Namun, lanjut Andri, depresiasi rupiah sedikit tertahan oleh kebijakan BI yang memertahankan suku bunga 7-Days Reverse Repo (7DRR) Rate di level 4,75%. Kebijakan ini membuat rupiah tetap menarik untuk dikoleksi investor.
Untuk sepekan ke depan, sinyal penguatan rupiah sudah terlihat setelah pelemahan indeks dolar pascapelantikan Trump. Hal ini tidak lepas dari pidato inagurasi Trump dengan gaya yang keras dan menunjukkan adanya perbedaan kebijakan ke depan dibandingkan Obama.
Perbedaan kebijakan semakin kentara akibat dibatalkannya program ObamaCare oleh Trump. ObamaCare merupakan regulasi sistem pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kualitas dan keterjangkauan masyarakat.
Selain itu, pidato Trump belum menunjukkan kejelasan kebijakan-kebijakan sang presiden, sehingga pelaku pasar masih menunggu. Pada penutupan perdagangan Jumat (20/1), indeks dolar turun 0,41 poin atau 0,41% menuju 100,74. Angka tersebut menunjukkan pelemahan 1,44% sepanjang 2017 berjalan.
“Pelaku pasar sementara melepas kepemilikan dolar karena masih menunggu apa saja yang akan dilakukan Trump. Ini menjadi peluang bagi rupiah untuk menguat,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Minggu (22/1/2017).
Pasar semakin kurang berselera terhadap dolar karena menunggu rilis data PDB AS periode kuartal IV/2016 kategori advance pada Jumat (27/1). Konsensus memperkirakan data PDB hanya akan tumbuh 2,1% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,5%.
Sebagai informasi, data PDB AS dikeluarkan dalam tiga tahap setiap bulan, yakni advance (terdepan), preliminary (selanjutnya), dan final (akhir). Data PDB advance cenderung memiliki dampak yang paling besar.
Menurut Andri, dalam sepekan ini rupiah berpeluang menguat dengan rentang harga Rp13.320-Rp13.420 per dolar AS. Sentimen utama yang memengaruhi ialah kondisi pascapelantikan Trump dan penantian rilis data PDB AS.
“Untuk sentimen internal dalam negeri masih minim. Kemungkinan pekan ini sentimen eksternal yang akan lebih dominan,” ujarnya.
Sumber: Bisnis.com,