Suhu Mendidih di Negara Asean Hingga Muncul Korban Jiwa

Foto: Gelombang panas yang parah melanda Distrik Rajshahi, Pabna, Khulna, Bagerhat, Jessore, Chuadanga, dan Kushtia di Bangladesh. (REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)

Batamxinwen, Jakarta – Gelombang panas atau heat wave kini tengah melanda negara-negara Asia, termasuk kawasan Asia Tenggara atau ASEAN yang terletak dekat dengan lintas Khatulistiwa. Suhu di sejumlah negara kawasan ini pun telah mencapai 40 derajat celcius.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memberikan peringatan terhadap munculnya heat wave, yang mereka anggap disebabkan oleh pemanasan global dan perubahan iklim ekstrem yang terus menghantui wilayah Asia.

Peringatan itu PBB kemukakan melalui lembaga yang menjadi bagiannya, yakni Badan Meteorologi Dunia (WMO), bertajuk State of the Climate in Asia 2023, pada Rabu lalu.

Laporan itu menganalisis bencana pada 2023, yang menyoroti laju percepatan indikator perubahan iklim utama seperti suhu permukaan, pencairan gletser, dan kenaikan permukaan air laut, yang akan berdampak besar pada masyarakat, ekonomi, dan ekosistem di kawasan.

Asia menurut WMO masih menjadi wilayah yang paling banyak dilanda masalah alam akibat cuaca dan iklim. Benua ini mengalami pemanasan lebih cepat dari rata-rata global dengan tren meningkat hampir dua kali lipat sejak periode 1961-1990.

“Kesimpulan dari laporan ini sangat menyadarkan kita,” kata Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo dalam keterangan yang diterima CNBC Indonesia.

Myanmar menjadi negara yang terdampak paling buruk akibat heat wave di kawasan ASEAN, dengan memperoleh suhu tertinggi mencapai 48,2 derajat Celcius pada Minggu akhir bulan lalu (28/4/2024).

Suhu mencapai 48,2 derajat Celcius di kota Chauk, wilayah Magway, Myanmar. Menurut pernyataan dari kantor cuaca negara tersebut, suhu tertinggi yang pernah tercatat di Myanmar pada April sejak pencatatan dimulai 56 tahun lalu.

Pada hari yang sama suhu mencapai 40 derajat Celcius di pusat komersial Yangon dan 44 derajat Celcius di kota kedua Mandalay, kata kantor cuaca.

Di Filipina, pada 23 April 2024, suhu panas sempat menyentuh angka 47 derajat Celcius hingga mengganggu aktivitas manusia. Hingga sekolah pun didorong untuk dialihkan menjadi online.

“Ini sangat panas sampai tak bisa bernafas. Sangat mengejutkan kolam renang masih sepi. Kita tidak bisa berharap orang akan datang dan berenang, karena mereka sepertinya tidak mau meninggalkan rumahnya karena cuaca panas.” papar Tumaron yang berusia 60 tahun yang bekerja di sebuah resort pinggir pantai di Cavite.

Sementara di Thailand, suhu tertinggi tercatat sebesar 44,2 derajat celcius pada 27 April 2024. Dampak dari suhu yang panas tersebut yakni tercatat 30 orang tewas sepanjang tahun ini.

Suhu melonjak hingga 44,2 derajat Celcius di kota utara Lampang pada 22 April, dan departemen meteorologi mengatakan bahwa mereka memperkirakan panas ekstrem akan terus berlanjut.

Provinsi Lampang di utara telah mengalami suhu tertinggi sepanjang tahun ini sebesar 44,2 derajat Celcius, hanya sedikit lebih rendah dari suhu tertinggi yang pernah tercatat di Thailand yakni 44,6 derajat Celcius yang terakhir terjadi pada 2016 dan 2023.

Begitu pula dengan Kamboja yang menghadapi suhu tertinggi dalam 170 tahun terakhir yakni menyentuh angka 43-44 derajat Celcius pada 30 April 2024. Alhasil, pemerintah menyarankan agar sekolah ditutup untuk memberikan keselamatan bagi semua pihak.

Selain Kamboja, suhu dengan level 44 derajat Celcius itu juga terjadi di Vietnam pada 28 April 2024, lalu Malaysia dan Singapura sama-sama terdampak suhu di level 40 derajat celcius masing-masing pada 30 April dan 28 April 2024.

Penjelasan BMKG

Sementara itu, di Indonesia, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan, suhu udara maksimum berada di atas 36,5 derajat Celcius di beberapa wilayah.

Salah satunya pada tanggal 21 April di Medan, Sumatera Utara. Suhu maksimumnya mencapai 37,0 derajat Celcius . Lalu di Saumlaki, Maluku, dengan suhu maksimum 37,8 derajat Celcius. Pada 23 April di Palu, Sulawesi Tengah, suhu maksimumnya tembus 36,8 derajat Celcius .

BMKG menjelaskan bahwa fenomena panas yang terjadi di Indonesia bukanlah heatwave, karena memiliki karakteristik fenomena yang berbeda. Cuaca panas di Indonesia hanya dipicu faktor pemanasan permukaan sebagai dampak dari siklus gerak semu Matahari sehingga dapat terjadi berulang dalam setiap tahun. (*)

Sumber CNBCIndonesia 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here