BX/Pca
foto: suasana perairan selat philip Belakangpadang/BX/Pca

Batamxinwen, Batam – Sepak terjangnya dalam aksi perompakan tersebar hingga se-Asia Tenggara. Dua Puluh lima tahun yang lalu, nama Bajak Laut Belakang Padang menjadi “hantu” yang menakutkan bagi puluhan hingga ratusan kapal, yang melintas di selat Philip dan selat Singapura setiap harinya.

Masalah perompakan di Wilayah perairan yang merupakan pintu gerbang ke kawasan Asia, yang menghubungkan Lautan Hindia dengan Laut Cina Selatan itu, sudah sangat meresahkan nahkoda, anak buah kapal, dan pemilik kapal-kapal dari penjuru dunia, yang melintas di selat Philip dan selat Singapura.

foto: Aktifitas kapal di perairan selat philip/BX/Pca

Jangankan aksinya, namanya saja sudah bikin repot. Bajak Laut Belakang Padang setiap hari dilaporkan menjarah kapal yang melintas di selat Philip dan selat Singapura. Masalah perompakan di dua selat dalam perairan Batam-Singapura itu, dituliskan wartawan Harian Kompas Robert Adi Ksp, dalam tiga laporan yang dimuat di Harian Kompas, 4 dan 5 November 1992.

Dalam laporannya meliput perompakan, Robert menuliskan aksi perompakan di atas kapal Tanker bermuatan minyak, di 01 derajat – 09′ LU dan 130 derajat – 47′ 00”BT atau sekitar satu mil arah utara mercu suar Halen Mars.`

Tengah malam, lima pria bertopeng mengendap-endap memanjat kapal tanker berbendera Arab Saudi itu, menggunakan bambu sepanjang enam meter, dan ujungnya diikat dengan sebatang kayu kecil menyerupai cangkok.
Mereka adalah kawanan perompak dari Belakang Padang, yang bersenjata parang, obeng, dan linggis. Di bawah todongan senjata tajam, nakoda dan ABK terpaksa merelakan harta benda dipreteli dan dirampas. Brankas di ruang nakoda dibongkar dan isinya disikat habis.

Aksi komplotan ini, dan juga lainnya, berlangsung tak pernah lebih dari 20 menit, dan langsung turun lagi ke boat pancung berikut hasil jarahan.

“Jika tak sempat ke boat pancung, mereka bertahan di air, lalu memberi kode pada teman-temannya dengan peluit mengenai posisinya. Mereka yang tertinggal di laut itu lalu dijemput dan bersama-sama naik boat pancung ke tempat persembunyian yang lokasinya berada di gugusan pulau di Belakang Padang,” dikisahkan Letda (Pol) Syahrial Denin yang sudah 25 tahun bertugas di Satuan Polisi Perairan Polda Riau, dalam laporan yang ditulis Robert.

Bajak laut Belakang Padang tidak hanya lihai dalam merompak. Tapi kelihaian mereka sudah sampai pada kemampuannya memanfaatkan hukum internasional.

Di bawah hukum internasional, ketika mereka dikejar, polisi Singapura hanya bisa mengejar sampai ke perairan internasional. Setelah perompak berada di perairan Indonesia, polisi Singapura harus minta izin dari pemerintah Indonesia untuk memasuki wilayah perairan Indonesia. Begitu pula sebaliknya.Di saat itulah perompak meloloskan diri.

Lolos dari pengejaran, para perompak diketahui suka bersembunyi dan berfoya-foya di gugusan pulau di Belakang Padang, antara lain di Pulau Mat Belanda atau Pulau Babi (dapat ditempuh dari Pelabuhan Sekupang, Pulau Batam dengan boat pancung dalam waktu sekitar 15 menit).

Selain lihai dalam merompak dan mampu memanfaatkan hukum internasional untuk meloloskan diri dari kejaran polisi, para bajak laut ini juga pandai memanfaatkan alur yang sempit dan perairan yang dangkal di sekitar Pulau Belakang Padang, yang tidak bisa dilalui oleh kapal-kapal patroli berukuran besar.

Ditulis Robert, Pada masa itu, kasus-kasus perompakan sangat menonjol.Sepanjang tahun 1991 berbagai kasus perompakan yang terjadi di wilayah perairan Polda Riau,tercatat 185 kali. Kemudian pada tahun 1992 sampai bulan Mei tercatat 63 kasus.Berbagai media massa asing memuat berita-berita kasus perompakan ini, dan itu tentu makin menimbulkan citra buruk bagi Singapura dan Indonesia

Catatan aksi perompakan inilah yang membuat nama bajak laut Belakang Padang menjadi sorotan para kepala kepolisian se-Asia Tenggara yang bertemu dalam konferensi ASEANAPOL di Brunei Darussalam, Agustus 1992 silam.

Hambatan di bidang hukum :seperti tak adanya bukti dan tak adanya saksi korban yang melapor ke polisi Batam, dan semua laporan perompakan selama ini ditujukan ke Polisi Perairan Singapura, sehingga prosedur penyidikan ke luar negeri jadi berbelit-belit dan makan waktu, juga menjadi sorotan dalam konfrensi ASEANAPOL kala itu.(jkf)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here