Perang Saudara di Myanmar Kembali Berkecamuk, Junta Semakin Kewalahan

Batamxinwen, Jakarta – Perang saudara Myanmar kembali berkecamuk di saat perhatian dunia memusat ke Timur Tengah.

Baru-baru ini, junta militer Myanmar dikabarkan ‘keok’ dalam berbagai pertempuran melawan kelompok-kelompok bersenjata yang tersebar di berbagai wilayah dan negara bagian.

Media independen Myanmar, The Irrawaddy, melaporkan pasukan militer rezim berhasil dipukul mundur oleh Pasukan Pertahanan Rakyat (People’s Defense Force/PDF) dan organisasi etnis bersenjata (ethnic armed organizations/EAO) setelah terlibat pertempuran di negara bagian Karen dan Shan serta wilayah Sagaing dan Mandalay.

Menurut sejumlah pengamat, perlawanan sipil Myanmar selama enam bulan terakhir mengejutkan lantaran diam-diam sukses dan berpotensi meruntuhkan junta militer.

Berikut ini sejumlah fakta terbaru mengenai perang saudara Myanmar.

Ribuan warga sipil tewas
Ribuan warga sipil tewas dan nyaris tiga juta orang mengungsi imbas konflik Myanmar yang tak kunjung usai sejak kudeta militer 2021 lalu.

Ribuan masyarakat kelas menengah juga saat ini melarikan diri ke hutan-hutan untuk berperang bersama kelompok etnis melawan junta militer.

Situasi yang tak pernah tenang ini memaksa daratan negara itu diselimuti ranjau-ranjau yang bisa meledak kapanpun.

Krisis kesehatan parah
Kondisi kesehatan masyarakat di Myanmar juga saat ini di ambang bencana. Sebagian besar karena rezim militer menargetkan serangan terhadap para dokter.

Di antara semua masalah kesehatan, yang sangat perlu disoroti yakni vaksinasi anak. Saat ini, vaksinasi untuk anak telah dihentikan. Kasus-kasus malaria juga meledak. Di saat yang bersamaan, para ahli khawatir HIV dan tuberkulosis menyebar secara masif.

Kelompok perlawanan rebut wilayah
Sejak Oktober, kelompok-kelompok perlawanan telah berhasil merebut sebagian besar wilayah di Myanmar. Umumnya, wilayah-wilayah yang direbut berada di dekat perbatasan.

Beberapa kelompok juga telah menyerang ibukota, Naypyidaw, dengan drone dan membuat kemajuan di beberapa daerah perbatasan. Kelompok etnis Karen dalam beberapa pekan terakhir juga berhasil merebut kota perdagangan yang terletak di sebelah timur Yangon, di sepanjang perbatasan Thailand.

Dilansir dari The New York Times, kemajuan juga tercatat di negara bagian Kachin serta di negara bagian Rakhine. Beberapa analis memprediksi Tentara Arakan, milisi etnis di Rakhine, bisa saja mengambil Sittwe, ibu kota negara yang dijaga ketat.

Pemimpin dan jenderal junta ‘menghilang’
Sejumlah jenderal militer Myanmar, termasuk pemimpin junta Min Aung Hlaing, dikabarkan ‘menghilang.’

The Irrawaddy melaporkan wakil kepala junta militer Soe Win tak terlihat di publik selama lebih dari dua pekan terakhir. Dia menghilang di tengah rumor dirinya terluka parah imbas serangan drone pada 9 April lalu.

Pada 9 April, pangkalan militer Komando Tenggara di Mawlamyine, negara bagian Mon, diserang dengan drone. Saat itu, orang nomor dua militer Myanmar tersebut sedang berada di sana untuk mengawasi operasi militer di Kota Myawaddy, negara bagian Karen.

Bukan cuma Soe Win, Min Aung Hlaing juga tak kelihatan dalam perayaan Thingyan di paviliun militer Pyin Oo Lwin, Mandalay. Ia beralasan sakit dan mengirim istrinya, Kyu Kyu Hia, sebagai pengganti.

Ada pula kabar bahwa mantan Letnan Jenderal Myint Hlaing ditangkap di rumahnya akibat dugaan korupsi. Myint Hlaing merupakan rekan dekat wakil kepala junta Maung Aye dan menjabat sebagai menteri pertanian di bawah pemerintahan Thein dan Sein dari 2011-2016.

Dua jenderal lainnya juga tak kelihatan sehingga menimbulkan spekulasi bahwa mereka ditangkap bersama dengan Myint Hlaing. Mereka diduga ditangkap karena merencanakan penggulingan Min Aung Hlaing, sebuah klaim yang tak bisa diverifikasi The Irrawaddy. (*/red)

Sumber : CNNIndoensia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here